Selasa, 23 Juli 2013

Sekilas Tentang Rakut Sitelu

Sekilas Tentang Rakut Sitelu


Rakut Sitelu, merupakan salah satu dari azas adat Karo, yang dimana Rakut Sitelu ini mempunyai peranan yang penting dalam setiap pelaksanaan pesta-pesta Adat pada masyrakat Karo. Rakut Sitelu sendiri terdiri dari tiga kelompok, yang dimana tiga kelompok yang termasuk ke dalam Rakut Sitelu tersebut adalah Sukut, Kalimbubu dan Anak Beru, yang dimana ketiga kelompok yang termasuk ke dalam rakut Sitelu ini mempunyai Fungsi dan tugasnya masing-masing dalam setiap acara pesta adat, dan juga fungsi dan tugas kelompok satu dengan kelompok satunya berbeda-beda, atau dengan kata lain antara kalimbubu dengan Sukut ataupun Anak Beru itu mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda-beda. Tetapi dalam suatu acara Adat, baik itu pesta perkawinan, Kematian ataupun yang lainnya, kedudukan yang paling dihormati diantara Ketiga kelompok Rakut Sitelu ini adalah Kalimbubu. Berikut ini adalah pengertian dari Sukut, Kalimbubu, dan Anak Beru.

Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkaden-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada

Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkaden-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada

Pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkaden-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada.

Rakut Sitelua, yaitu:
- Senina/Sembuyak
- Kalimbubu
- Anak Beru

Tutur Siwaluh, yaitu:
- Sipemeren
- Siparibanen
- Sipengalon
- Anak Beru
- Anak Beru Menteri
- Anak Beru Singikuri
- Kalimbubu
- Puang Kalimbubu

Sangkep Nggeluh dalam Adat Karo

Sangkep Nggeluh dalam Adat Karo


Untuk memahami adat-istiadat Karo secara baik tidak ada jalan lain selain terlebih dahulu memahami tentang sangkep nggeluh pada merga silima, karena dalam setiap pelaksanaan adat-istiadat yang berperan adalah sangkep nggeluh.

Sangkep nggeluh adalah suatu sistem kekeluargaan pada masyarakat karo yang secara garis besar terdiri atas senina, anak beru, dan kalimbubu.

Pusat dari sangkep nggeluh adalah sukut yaitu pribadi/keluarga/merga tertentu, yang dikelilingi oleh senina, anak beru, dan kalimbubu-nya. Sukut dalam pesta perkawinan akan menerima uang jujuran berupa bena emas (erdemu bayu) atau batang unjuken (petuturken).

Asal Usul Marga Sembiring


OPINI

Dari sekian banyak tulisan di internet dan biasanya ditulis orang-orang Batak sendiri (Bukan orang Karo) yang katanya mengutip dari “Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987 tentang silsilah marga-marga batak yang berasal dari Si Raja Batak banyak yang tidak masuk akal.

Tidak masuk akal disini karena dari tulisan tersebut bisa kita lihat beberapa marga-marga yang ada di Karo dimasukkan menjadi sub Marga atau bagian marga dari Batak itu sendiri tanpa menerangkan asal usul pasti dari marga yang bersangkutan.

Seperti marga sembiring milala yang dimasukkan didalam bagian Keturunan si raja huta lima misalnya. Disana marga sembiring milala disebut adalah kakak beradik dengan marga-marga batak lainnya, seperti pardosi, maha dan sambo.

Sementara bila kita menelisik hasil penelitian yang lebih jelas dengan judul “PERKAWINAN SEMARGA DALAM KLAN SEMBIRING PADA MASYARAKAT KARO DI KELURAHAN TIGA BINANGA, KECAMATAN TIGA BINANGA,KABUPATEN KARO” yang ditulis oleh Fauziyah Astuti Sembiring S.H. menulis secara lengkap mengenai marga sembiring ini.

Dari hasil karya ilmiah yang ditulis oleh Fauziyah Astuti Sembiring S.H. ini terlihat jelas mengenai asal usul marga sembiring, bahkan dari sekian banyak sub marga sembiring tersebut, dibagi pula menjadi dua kelompok besar, yaitu si man biang dan si la man biang.

Merga sembiring milala yang di klaim pada tulisan-tulisan kutipan dari Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987 yang kini banyak beredar di internet menjadi tidak masuk akal, karena marga sembiring milala sendiri pada tulisan Fauziyah Astuti Sembiring S.H adalah marga orang karo yang asli berasa dari India dan bukan dari tanah batak.

Berikut adalah pembagian Marga Sembiring yang ada pada masyarakat karo dan secara umum terdiri dari dua kelompok, yaitu :

A. Si man Biang (yang memakan anjing) terdiri dari :

1. Sembiring Kembaren, (asal usul marga ini dari Kuala Ayer Batu, kemudian pindah ke Pagaruyung terus ke Bangko di Jambi dan selanjutnya ke Kutungkuhen di Alas. Nenek moyang mereka bernama Kenca Tampe Kuala berangkat bersama rakyatnya menaiki perahu dengan membawa pisau kerajaan bernama ‘pisau bala bari’. Keturunannya kemudian mendirikan Kampung Silalahi, Paropo, Tumba dan Martogan yang menyebar ke Liang Melas, seperti Kuta Mbelin, Sampe Raya, Pola Tebu, Ujong Deleng, Negeri Jahe, Gunong Meriah, Longlong, Tanjong Merahe, Rih Tengah, dan lain-lain. Marga ini juga tersebar luas di Kabupaten Langkat seperti Lau Damak, Batu Erjong-jong, Sapo Padang, Sijagat dan lain-lain).

2. Sembiring Keloko, (menurut cerita, Sembiring Keloko masih satu keturunan dengan Sembiring Kembaren. Marga Sembiring Keloko tinggal di Rumah Tualang sebuah desa yang sudah ditinggalkan antara Pola Tebu dengan Sampe Raya. Marga ini sekarang terbanyak tinggal di Pergendangen, beberapa keluarga di Buah Raya dan Limang).

3. Sembiring Sinulaki, (sejarah Marga Sembiring Sinulaki dikatakan juga sama dengan sejarah Sembiring Kembaren karena mereka masih dalam satu rumpun. Marga Sinulaki berasal dari Silalahi).

4. Sembiring Sinupayung, marga ini menurut cerita bersaudara dengan Sembiring Kembaren. Mereka ini tinggal di Juma Raja dan Negeri).

B. Si la man Biang (yang tidak memakan anjing) atau Sembiring Singombak terdiri dari :

1. Sembiring Brahmana
Menurut cerita lisan Karo, nenek moyang merga Brahmana ini adalah seorang keturunan India yang bernama Megitdan pertama kali tinggal di Talu Kaban. Anak-anak dari Megit adalah, Mecu Brahmana yang keturunannya menyebar ke Ulan Julu, Namo Cekala, dan kaban Jahe. Mbulan Brahmana menjadi cikal bakal kesain Rumah Mbulan Tandok Kabanjahe yang keturunannya kemudian pindah ke Guru Kinayan dan keturunannya mejadi Sembiring Guru Kinayan. Di desa Guru Kinayan ini merga Brahmana memperoleh banyak kembali keturunan. Dari Guru Kinayan, sebagian keturunananya kemudian pindah ke Perbesi dan dari Perbesi kemudian pindah ke Limang.

2. Sembiring Guru Kinayan
Sembiring Guru Kinayan terjadi di Guru Kinayan, yakni ketika salah seorang keturunan dari Mbulan Brahmana menemukan pokok bambo bertulis (Buloh Kanayan Ersurat). Daun bambo itu bertuliskan aksara Karo yang berisi obat-obatan. Di kampung itu menurut cerita dia mengajar ilmu silat (Mayan) dan dari situlah asal kata Guru Kinayan (Guru Ermayan). Keturunannya kemudian menjadi Sembiring Guru Kinayan.

3. Sembiring Colia
Merga Sembiring Colia, juga menurut sejarah berasal dari India, yakni kerajaan Cola di India. Mereka mendirikan kampung Kubu Colia.

4. Sembiring Muham
Merga ini juga dikatakan sejarah, berasal dari India, dalam banyak praktek kehidupan sehari-hari merga ini sembuyak dengan Sembiring Brahmana, Sembiring Guru Kinayan, Sembiring Colia, dan Sembiring Pandia. Mereka inilah yang disebut Sembiring Lima Bersaudara dan itulah asal kata nama kampung Limang. Menurut ahli sejarah Karo. Pogo Muham, nama Muham ini lahir, ketika diadakan Pekewaluh di Seberaya karena perahunya selalu bergempet (Muham).

5. Sembiring Pandia
Sebagaimana sudah disebutkan di atas, bahwa merga Sembiring Pandia, juga berasal dari kerajaan Pandia di India. Dewasa ini mereka umumnya tinggal di Payung.

6. Sembiring Keling
Menurut cerita lisan Karo mengatakan, bahwa Sembiring Keling telah menipu Raja Aceh dengan mempersembahkan seekor Gajah Putih. Untuk itu Sembiring Keling telah mencat seekor kerbau dengan tepung beras. Akan tetapi naas, hujan turun dan lunturlah tepung beras itu, karenanya terpaksalah Sembiring Keling bersembunyi dan melarikan diri. Sembiring Keling sekarang ada di Raja Berneh dan Juhar.

7. Sembiring Depari
Sembiring Depari menurut cerita menyebar dari Seberaya, Perbesi sampai ke Bekacan (Langkat). Mereka ini masuk Sembiring Singombak, di daerah Kabupaen Karo nama kecil (Gelar Rurun) anak laki-laki disebut Kancan, yang perempuan disebut Tajak. Sembiring Depari kemudian pecah menjadi Sembiring Busok. Sembiring Busok ini terjadi baru tiga generasi yang lalu. Sembiring Busok terdapat di Lau Perimbon dan Bekancan.

8. Sembiring Bunuaji
Merga ini terdapat di Kuta Tengah dan Beganding.

9. Sembiring Milala
Sembiring Milala, juga menurut sejarah berasal dari India, mereka masuk ke Sumatera Utara melalui Pantai Timur di dekat Teluk Haru. Di Kabupaten Karo penyebarannya dimulai dari Beras Tepu. Nenek moyang mereka bernama Pagit pindah ke Sari Nembah. Merka umumnya tinggal di kampung-kampung Sari Nembah, Raja Berneh, Kidupen, Munte, Naman dan lain-lain. Pecahan dari merga ini adalah Sembiring Pande Bayang.

10. Sembiring Pelawi
Menurut cerita Sembiring Pelawi diduga berasa dari India (Palawa). Pusat kekuasaan merga Pelawi di wilayah Karo dahulu di Bekancan. Di Bekancan terdapat seorang Raja, yaitu Sierkilep Ngalehi, menurut cerita, daerahnya sampai ke tepi laut di Berandan, seperti Titi Pelawi dan Lau Pelawi. Di masa penjajahan Belanda daerah Bekancan ini masuk wilayah Pengulu Bale Nambiki. Kampung-kampung merga Sembiring Pelawi adalah : Ajijahe, Kandibata, Perbesi, Perbaji, Bekancan dan lain-lain.

11. Sembiring Sinukapor
Sejarah merga ini belum diketahui secara pasti, mereka tinggal di Pertumbuken, Sidikalang, dan Sarintonu.

12. Sembiring Tekang
Sembiring Tekang dianggap dekat/bersaudara dengan Sembiring Milala. Di Buah Raya, Sembiring Tekang ini juga menyebut dirinya Sembiring Milala. Kedekatan kedua merga ini juga terlihat dari nama Rurun anak-anak mereka. Rurun untuk merga Milala adalah Jemput (laki-laki di Sari Nembah) / Sukat (laki-laki di Beras Tepu) dan Tekang (wanita). Sementara Rurun Sembiring Tekang adalah Jambe (laki-laki) dan Gadong (perempuan). Kuta pantekennya adalah Kaban, merga ini tidak boleh kawin-mengawin dengan merga Sinulingga, dengan alasan ada perjanjian, karena anak merga Tekang diangkat anak oleh merga Sinulingga.

Adanya perbedaan antara Sembiring Siman Biang dengan Sembiring Si La Man Biang sebenarnya menurut Jaman Tarigan, seorang pengetua adat adalah merupakan kelanjutan kisah dari pelarian Sembiring Keling setelah menipu Raja Aceh yaitu dengan mempersembahkan seekor gajah putih padahal sesungguhnya adalah seekor kerbau yang dicat dengan tepung beras. Namun, pada saat mempersembahkannya hujan turun sehingga tepung beras yang melumuri kerbau tersebut luntur sehingga ia harus melarikan diri.

Dalam pelariannya ia menemukan jalan buntu dan satu-satunya jalan hanya menyeberangi sungai. Sembiring Keling tersebut tidak dapat berenang sehingga ia bersumpah siapapun yang dapat menolongnya akan diberi imbalan yang sesuai. Ternyata ada seekor anjing yang menolongnya sehingga ia selamat sampai ke seberang dan dapat meloloskan diri dari kejaran pasukan Raja Aceh. Setelah diselamatkan oleh anjing ia akhirnya bersumpah bahwa ia, saudara-saudara dan keturunannya tidak akan memakan anjing sampai kapanpun.

Akibat dari sumpahnya akhirnya semua Marga Sembiring yang berasal dari India Belakang beserta keturunannya ikut menanggung akibatnya sampai saat ini, yaitu apabila ada keturunan Sembiring Simantangken Biang yang memakan anjing maka akan mengalami gatal-gatal di tubuhnya.

Sejarah Batak Karo

RAJA BATAK

Pembagian utama Si RAJA BATAK :
Guru Tateabulan
Raja Isumbaon

Belahan yang dinamakan LOTUNG, yang mencakup kelompok suku yang sebenernya, yaitu Himpunan BORBOR, dan juga sejumlah marga yang lebih kecil, berasal dari Guru Tateabulan.

Yang dinamakan belahan SUMBA yang ke dalamnya termasuk sisa kelompok suku dan marga lainnya, berasal dari Raja Isumbaon.

Yang termasuk BELAHAN LOTUNG ada 5 yaitu :
Raja biakbiak
Saribu Raja
Mempunyai 3 Kelompok yaitu

LONTUNG
BORBOR
BABIAT
Limbong Mulana
Mempunyai 1 Kelompok yaitu Limbong (Habeahan)
Sagala Raja
Mempunyai 1 kelompok yaitu Sagala
Malau Raja
Mempunyai 4 kelompok yaitu

Paseraja – Malau
Manik
Ambarita
Gurning

Rupanya, raja Biakbiak pergi ke Aceh. Tidak diketahui, apakah ia meninggalkan keturunan.
Limbong pada pokoknya mendiami suatu lembah di sebelah selatan penggung gunung, yang menghubungkan Pusuk Buhit dengan tanah datar, dan Sagala Raja Lembah yang ke arah utara punggung gunung.
Malau Raja tersebar di kawasan sekeliling Pangururan (pulau dan tanah diseberangnya), dan dengan memakai nama Damanik, ia adalah marga yang memerintah di wilayah swapraja Siantar di Sumatera Timur.

Belahan SUMBA meliputi :
Tuan Sori – mangaraja
mempunyai 3 kelompok :

Nai Ambaton
Nai Rasaon (R.Mangarerak)
Nai Suanon(Tuan Sorbadibanua)
Raja ni Asiasi

Pertama saya akan membahas tentang pembagian Belahan LONTUNG :
LONTUNG
Yang mempunyai anak meliputi :

Situmorang
Mempunyai anak :

Lumban Pande
Lumban Nahor
Suhut ni Huta
Siringoringo
Mempunyai anak :

Lumban Toruan
Sipangpang
Rumapea
Sitohang uruk
Sitohang tonga – tonga
Sitohang toruan (Lumban Gaol)
Sinaga
Mempunyai anak :

Bonor
Mempunyai anak :

Sidahan Pitu
Nadiheong
O. Ratus
Uruk
Pandiangin
Mempunyai anak :

R. Humitap (Pandiangin)
Mempunyai anak :

Toga Pande
Lumban Uruk
Suhut ni Huta
Lumban Toruan
R. Sumonang
Mempunyai anak :

R. Gultom
Sidari(Harianja)
Pakpahan
Sitinjak
Nainggolan
Mempunyai anak:

Ruma Hombar
Mempunyai anak :

Lumban Tungkup
Dibagi :

Ruma Hombar
Lumban Raja
Lumban Nahor
Huta Balian
Lumban Siantar
Si Batu
Mempunyai anak :

Parhusip
Batuara
Siahaan
Ampapaga
Simatupang
Mempunyai anak :

Sitoga Torop (Siborutorop)
Sianturi
Siburian
Aritonang
Mempunyai anak :

Ompu Sunggu
Rajagukguk
Simaremare
Siregar
Mempunyai anak :

Silo
Dongoran
Silali
Mempunyai anak :

Ritonga
Sormin
Siagian

Keempat marga ‘induk’ pertama dari Limbong bermukim di Samosir Selatan Situmorang dan juga di wilayah – wilayah Sabulan dan Janjiraja, yang terletak berhadapan dengan tanah di seberangnya Pandiangin. Sebagian dari Situmorang mendiami wilayah – wilayah Lintong dan Parbuluan Ritonga; keduanya berada di dataran tinggi sebelah barat Gunung Pusuk Buhit; Dari Pandiangin, sebagian dari keempat marga R. Sumonang (Samosir) pindah ke Habinsaran Selatan kira – kira di sekeliling Pangaribuan Sinaga, dan dari sana pergi ke Pahae Timur Ritonga. Satu cabang dari Nainggolan dapat juga ditemukan disana. Satu kombinasi dari bagian – bagian Situmorang dan Nainggolan bisa dijumpai di Pusuk.
Ketiga marga ‘induk’ terakhir dari LONTUNG menetap dikawasan pantai danau dekat Muara Simatupang dan Aritonang, masing – masing menduduki wilayahnya sendiri, dan juga di pulau kecil bernama PULO yang terletak diseberangnya. Siregar pergi ke Muara dari wilayah kecil Siregar yang terletak di Sigaol yang lain – lainnya langsung pergi ke sana dari Urat di Samosir. Pecahan – pecahan Simatupang dan Aritonang pergi ke pinggiran Dataran Tinggi Humbang yang berbatasan dengan Muara, tempat mereka menduduki wilayah – wilayah Paranginan dan Huta Ginjang. Pecahan – pecahan Siregar berjalan melalui Humbang menuju Habinsaran Selatan Sinaga, dan dari sana pergi ke Sipirok Silali dan dolok (dimana terdapat marga Ritonga dan Sormin) dan ke Pahae Timur (wilayah – wilayah Onan Hasang dan Simangumban). Satu kelompok kecil Siregar dapat juga ditemukan antara Laguboti dan Porsea (Tuan Dibangarna)
BORBOR
Mempunyai anak :

Tuan Bala Sanuhu
Mempunyai anak :

Rimbang Sudara
Mempunyai anak :

Pongpang
Bala Saribu
Mempunyai anak :

Datu Datu(Pasaribu)
Mempunyai anak :

Sariburaja(Pasaribu)
Batubara
Parapat
Tarihoran
Matondang
Saruksuk
Sahang Maima, Sipahutar
Harahap
Tanjung
Pusuk
D. Pulungan
Mempunyai anak :

Pulungan
Lubis
Nahulu
Sahang Mataniari
Mempunyai anak :

Simargolang
Rambe

Borbor bisa ditemukan tersebvar di seluruh Tapanuli. Keterangan – keterangan mengenai pohon silsilah dan jalan perserakan dari anggota di sana sini cukup banyak mengandung perbedaan.
Pasaribu dan Lubis dapat ditemukan di Haunatas (dekat Laguboti Sipaettua) dan di wilayah – wilayah Pasaribu dan Lubis yang berada di Habinsaran Tengah Sinaga, dan sepanjang yang opung saya tau, Lubis ada juga di Mandailing Selatan, Pasaribu di Simanosor (Sibolga Selatan) dan Barus Hulu.
Marga, begitu kisahnya secara bersama – sama merupakan kelompok Daulae di Padang Lawas, Angkola Selatan, Sibolga Selatan dan diantara tempat – tempat lain, di Mandailing sebagai marga penumpang.
Pada mulanya Sipahutar menempati wilayah kecil dengan nama yang sama di Humbang Timur dari mana dia diusir olehmarga Silitonga(Pohan) lantas dia bergerak ke Pagar Batu, Silindung dan Habinsaran.
Di Angkola Tengah dan Padang Bolak Harahaplah marga yang berkuasa; di Kuria Batang Toru di Angkola Utara dan di Kuria Sayur Matinggi di Angkola Selatan, Pulungan.
Rambe merupakan marga yang memerintah di beberapa wilayah Dolok Timur.

Yang Kedua saya akan menjelaskan Belahan SUMBA :
Nai Ambaton
Mempunyai anak :

Simbolon
Mempunyai anak :

Tunggul Sibisa
Mempunyai anak :

Simbolon Altong
Simbolon Tuan
Simbolon Pande
Simbolon Panihai
Suhut ni Huta
Mempunyai anak :

Suhut ni Huta(Nai Ambaton di Hulu Barus)
Sirimbang
Hapotan
Munte
Mempunyai anak :

Sitanggang
Mempunyai anak :

Sitanggang Bau
Sitanggang Lipan
Sitanggang Upar
Sitanggang Silo
Sigalingging
Mempunyai anak :

Simanik
Uruk
Marhabang
Lali
Tambatua
Mempunyai anak :

Rumabolon
Ruma Ganjang
Mempunyai anak :

Gr. Sotindion
Mempunyai anak :

Sidabutar
Sijabat
Sidari
Sidabalok
Gr. Sijouon
Mempunyai anak :

Turnip
Sidauruk
Sitio
Gr. Saoan
Gr. Solaosom
Mempunyai anak : Sialagan
Datu Ronggur
Mempunyai anak : Sinapitu
Raja Tamba
Mempunyai anak : Tamba
Ruma Horbo
Saragitua
Mempunyai anak :

O. Tuan Binur
Mempunyai anak :

Saeng
Simalanggo
Nadeak
Simarmata
Saragi
Mempunyai anak :

Sidabungke
Saragi Napitu
Tarigan
Sinahampung

Marga Simbolon dan Munte, bersama dengan Saragitua, tersebar di wilayah – wilayah Samosir Barat. Pecahan – pecahan dari Simbolon dan Sigalingging ada juga yang pergi menuju Si Onom Hudon dan Siambaton di Barus Hulu; Sigalingging juga pergi ke Salak, tempat sebagian mereka membertuk marga sendiri.
Tambatua pada mulanya pergi ke wilayah Tamba di daratan Pandiangin. Raja Tamba menetap disana, tetapi yang selebihnya pergi ke Saamosir Timur Laut Pandiangin dan menyebar di wilayah itu.
Saragi menjadi marga yang memerintah di wilayah swapraja Raya di Pantai Timur Sumatera, tempat ia bercabang – cabang secara terpisah. Ia juga menduduki sebuah daerah kecil ditengah wilayah swapraja Siantar.
Nai Rasaon
Mempunyai anak :

Raja Mangarerak
Mempunyai anak :

Manurung
Mempunyai anak :

Huta gurgur
Huta Gaol
Simanoroni
Sitorus
Mempunyai anak :

Sitorus
Mempunyai anak :

Pane
Dorling
Boltok
Sirait
Mempunyai anak :

Siahaan
Siagian
Butar – butar
Mempunyai anak :

Simananduk
Simananti
Purba
Tanjung – Sigulang batu

Dari kelompok suku marga Manurung, Sitorus, Sirait, dan Butarbutar menduduki seluruh Uluan dalam Kelompok kecil.
Sebagian Sitorus menduduki wilayah kecil Sitorus di tengah – tengah kelompok Pohan: dari sana cabang – cabangnya memencar ke sekitar Parsoburan, dan di sana antara lain dikenal nama Pane.
Marga Purba dan Tanjung bisa ditemukan di Pantai Timur Sumatera dan Tanah Karo.
Nai Suanon (Tuan Sorbadibanua)
Mempunyai anak :

Sibagot ni Pohan
Mempunyai anak :

Tuan Sihubil
Mempunyai anak :

Tampubolon
Silaen
Baringbing
Tuan Somanimbil
Mempunyai anak :

Siahaan
Simanjuntak
Mempunyai anak :

Nasution
Dalimunte
Hutagaol
Tuan Dibangarna
Mempunyai anak :

Panjaitan(Dairi)
Silitonga
Siagian(Pardosi)
Sianipar
Sonak Malela
Mempunyai anak :

Simangunsong
Marpaung
Napitupulu

Seluruh kelompok Pohan tersebar di Toba Holbung, Humbang sebelah Timur dan di daerah Teluk Porsea, juga di bagian Utara Habinsaran. Bagian – bagian dari kebanyakkan marga itu ditemukan di daerah itu, baik dalam wilayah terpisah maupun dalam bentuk gabungan.
Bagian – bagian kecil dengan memakai nama Pohan, juga memerintah di Kuria Barus Mudik dan di Kuria Anggoli. Di Mandailing Utara dan Batang Natal, Nasutionlah marga yang memerintah. Dalimunte terdapat di Angkola Selatan. Kedua marga ini dikatakan termasuk kekelompok suku itu.
Sipaettua
Mempunyai anak :

Pardungdang
Mempunyai anak :

Pangaribuan
Hutapea
Pangulu Ponggok
Mempunyai anak :

Hutahaean
Aruan
Hutajulu
Partano
Mempunyai anak :

Sibarani (Sarumpaet)
Sibuea

Kelompok suku ini menempati kawasan sekitar Laguboti, hidup sendiri – sendiri, atau dalam bentuk gabungan. Sepanjang yang saya ketahui, tidak ada perserakan di tempat lain.
Silahisabungan
Mempunyai anak :

Sihaloho
Mempunyai anak :

Sinaborno
Sinapuran
Sinapitu
Masopang
Situngkir
Mempunyai anak :

Sipakar
Sipayung
Sondi
Mempunyai anak :

Ruma Sondi
Ruma Sigap
Sinabutar
Sinabariba
Sinabang
Pintubatu
Mempunyai anak :

Doloksaribu
Sinurat
Nadapdap
Tambunan
Mempunyai anak :

Lumbanpea
Baruara
Lumban Gaol
Turgan

Kelompok suku ini tidak mempunyai kawasan sendiri, tempat bagian – bagiannya hidup bersama. Ia menyebar ke seluruh Tapanuli Utara, sementara cabang – cabang besar juga bisa ditemukan di Pantai Timur(Khususnya di tanah Karo), kadang kadang dengan nama lain.
Puak – puak dari kelompok ini terutama dijumpai di wilayah – wilayah Silalahi dan Paropo di Pantai Danau Toba(Tanah leluhurnya yang semula); di wilayah – wilayah Parbaba dan Tolping di Samosir Utara; di wilayah – wilayah Tinambun, Doloksaribu dan di banyak tempat lain di Uluan, tempat mereka kadang – kadang tinggal sebagai marga penumpang; di wilayah Naiborhu dekat Porsea; di wilayah – wilayah Tambunan dan Pagar Batu dekat Balige; di wilayah Sigotom dekat Sipahutar; dan juga di Tuka, Sibolga Utara.
Si Raja Oloan
Mempunyai anak :

Naibaho
Mempunyai anak :

Siahaan
Sitangkarean
Sidauruk
Hutaparik
Siagian
Sihotang(Sigodangulu)
Mempunyai anak :

Sipardabuan Uruk
Sorganimusu
Sitorban dolok
Sirandos
Simarsolit
Sihotang Hasugian
Lumbang Batu
Bakkara
Sinambela
Sihite
Simanullang

Naibaho menempati wilayah kecil dekat Panguruan; Sihotang menempati wilayah dengan nama yang sama di daratan. Keduanya menyebar ke Negeri Dairi; Sihotang juga ke Barus Hulu.
Bakkara, Sinambela, Sihite dan Simanullang bermukim di daerah leluhur. Dua yang disebut belakangan ada juga di Humbang dan Barus Hulu. Sihite juga merupakan bagian dari wilayah si Ualu Ompu yang kecil dekat Tarutung.
Toga Sumba
Mempunyai anak :

Sihombing
Mempunyai anak :

Silaban
Mempunyai anak :

Sitio
Siponjot
Lumban Toruan
Mempunyai anak :

Huta Gurgur
Huriara
Nababan
Mempunyai anak :

Dolok
Toruan
Hutasoit
Simamora
Mempunyai anak :

Purba
Mempunyai anak :

Pantom Hobol
Parhorbo
Sigulang batu
Manalu
Mempunyai anak :

Mangararobean
Mempunyai anak :

Sorimunggu
Ruma Gorga
Sigukguhi
Ruma Ijuk
Ruma Hole
Mangaradolok
Mempunyai anak :

Paruma
Pareme
Datu Napunjung
Datu Soburion
Tongkot Manodo
Debataraja
Mempunyai anak :

Babiat Naingol
Sampetua
Gaja Marbulang
Rambe

Kelompok Sihombing menduduki daerah Toga Sumba. Masing – masing dari keempat marga(Cabang – cabangnya belum menjadi marga yang terpisah) menempati wilayahnya sendiri dan hidup bergabung dengan bagian – bagian dari yang lainnya. Sebagian dari kelompok ini memencar ke Pahae Barat Daya.
Kelompok Simamora menduduki daerah Togu Sumba. Puak puak dari ketiga marga yaitu Purba, Manalu dan Debataraja (cabang – cabang mereka belum menjadi marga terpisah) menduduki wilayah mereka sendiri dan hidup bergabung dengan bagian – bagian dari yang lainnya. Marga Rambe menempati satu wilayah dengan nama yang sama di Barus Hulu bersama bagian – bagian dari ketiga marga lainnya.
Hampir semua puak dari Simamora dan Sihombing(kecuali Rambe) menempati wilayah kecil Tipang dekat Bakkara, sementara Simamora juga ada di Bakkara sendiri, tempat ia pergi ke dataran tinggi Humbang. Dia juga merupakan satu dari bagian – bagian wilayah Si Ualo Ompu dekat Tarutung.
Togu Sobu(Hasibuan)
Mempunyai anak :

Sitompul
R Hasibuan
Mempunyai anak :

Guru Mangaloksa si opat Pisoran
Mempunyai anak :

Hutabarat
Mempunyai anak :

Hapoltahan
Sisunggulon
Hutabarat Pohan
Mempunyai anak :

Parbaju
Partali
Panggabean
Mempunyai anak :

Lumban Ratus
Simorangkir
Lumban Siagian
Hutagalung
Mempunyai anak :

Miralopak
Mempunyai anak :

Harean
Napitupulu
R.Inaina
Mempunyai anak :

Inaina
Dasopang
Botung
Huta Toruan
Mempunyai anak :

Hutapea
Lumban Tobing
Guru Hinobaan
Mempunyai anak : Hasibuan

Toga Sobu memiliki daerah Leluhur di Lembah Silindung kecuali keturunan Guru Hinobaan yang hanya bisa ditemukan di wilayah Hasibuan yang berada di Tanjung Sigaol.
Marga Sitompul, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung dan Hutatoruan menduduki wilayah mereka sendiri, mereka bergabung di hanya di wilayah POagar Batu yang baru dibentuk kira – kira 1880 dan berada di pinggiran kelompok suku Naipospos. Beberapa Marga juga menjadi bagian dari wilayah Si Ualo Ompu dekat Tarutung. Setiap Kuria di bagian Utara Sibolga termasuk ke dalam salah satu marga Sobu.
Hutagalung juga menyebar ke Padang Lawas, terutama ke kawasan Sungai Barumun dan Sosa tempat ia menduduki seluruh selatan dengan nama Hasibuan.
Naipospos
Mempunyai anak :

Toga Marbun
Mempunyai anak :

Lumban Batu
Mempunyai anak :

Marbun
Sehun
Meha
Mungkur
Banjarnahor
Lumban Gaol
Toga Sipoholon
Mempunyai anak :

Sinagabariang
Hutauruk
Simanungkalit
Situmeang

Toga Naipospos menempati wilayah Sanggaran dan Sihikkit ke sebelah Barat Parmonangan.

Inilah Silsilah dan Sejarah marga yang saya ketahui dari Opung saya. Opung saya sudah hidup lebih dr 75 tahun dan menerangkan ini dengan baik seakan – akan ingattannya masih setajam kita yang masih muda.

Merga Orang Karo



Merga Karo terdapat lima kelompok suku Karo, yaitu: Karokaro, Ginting, Tarigan, Sembiring, dan Perangin-angin. Klan (nama keluarga) dalam suku bangsa Karo disebut merga berbeda halnya dengan suku bangsa Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba) yang disebut dengan marga.

Cabang-cabang merga suku Karo dan persebarannya.

A. Merga Karokaro dan cabang-cabangnya
Karokaro Sinulingga di Lingga, Bintang Meriah, dan Gunung Merlawan.
Karokaro Surbakti di Surbakti dan Gajah.
Karokaro Kacaribu di Kutagerat dan Kerapat
Karokaro Sinukaban di Kaban dan Sumbul.
Karokaro Barus di Barus Jahe, Pitu Kuta.
Karokaro Simbulan di Bulanjulu dan Bulanjahe.
Karokaro Jung di Kutanangka, Kalang, Perbesi, dan Batukarang.
Karokaro Purba di Kabanjahe, Berastagi, dan Lau Cih (Deli Hulu).
Karokaro Ketaren di Raya, Ketaren Sibolangit, dan Pertampilen.
Karokaro Gurusinga di Gurusinga dan Rajaberneh.
Karokaro Kaban di Pernantin, Kabantua, Bintang Meriah, Buluh Naman, dan L. Lingga.
Karokaro Sinuhaji di Ajisiempat.
Karokaro Sekali di Seberaya.
Karokaro Kemit di Kuta Bale.
Karokaro Bukit di Bukit dan Buluh Awar.
Karokaro Sinuraya di Bunuraya, Singgamanik, dan Kandibata.
Karokaro Samura di Samura.
Karokaro Sitepu di Naman dan Sukanalu

B. Merga Ginting dan cabang-cabangnya
Ginting Munte di Kutabangun, Ajinembah, Kubu, Dokan, Tanggung, Munte, Rajatengah, dan Bulan Jahe.
Ginting Babo di Gurubenua, Munte, dan Kutagerat.
Ginting Sugihen di Sugihen, Juhar, dan Kutagunung.
Ginting Gurupatih di Buluh Naman, Sarimunte, Naga, dan Lau Kapur.
Ginting Ajartambun di Rajamerahe.
Ginting Capah di Bukit dan Kalang.
Ginting Beras di Laupetundal.
Ginting Garamata di (Simarmata) Raja Tengah, Tengging.
Ginting Jadibata di Juhar.
Ginting Suka Ajartambun di Rajamerahe.
Ginting Manik di Tengging dan Lingga.
Ginting Sinusinga di Singa.
Ginting Jawak di Cingkes (?)
Ginting Seragih di Lingga Julu.
Ginting Tumangger di Kidupen dan Kemkem.
Ginting Pase di …. (lenyap?)

C. Merga Tarigan dan Cabang-cabangnya
Tarigan Sibero di Juhar, Kutaraja, Keriahen, Munte, Tanjung Beringin, Selakar, dan Lingga.
Tarigan Tambak di Kebayaken dan Sukanalu.
Tarigan Silangit di Gunung Meriah.
Tarigan Tua di Pergendangen, Talimbaru.
Tarigan Tegur di Suka.
Tarigan Gersang di Nagasaribu dan Berastepu.
Tarigan Gerneng di Cingkes (Simalungun).
Tarigan Gana-gana di Batukarang.
Tarigan Jampang di Pergendangen.
Tarigan Tambun di Rakutbesi, Binangara, Sinaman dll.
Tarigan Bondong di Lingga.
Tarigan Pekan (Cabang dari Tambak) di Sukanalu
Tarigan Purba di Purba (Simalungun)

D. Merga Sembiring dan Cabang-cabangnya

I. Sembiring Siman biang (Tidak biasa kawin campur darah dengan cabang Sembiring lainnya, artinya: tidak diperbolehkan perkawinan dengan sesama merga Sembiring).
Sembiring Kembaren di Samperaya dan hampir di seluruh urung Liang Melas.
Sembiring Sinulaki di Silalahi.
Sembiring Keloko di Pergendangen.
Sembiring Sinupayung di Juma Raja dan Negeri

II. Sembiring Simantangken biang (ada dilakukan perkawinan antara cabang merga Sembiring)
Sembiring Colia di Kubucolia dan Seberaya.
Sembiring Pandia di Seberaya, Payung, dan Beganding.
Sembiring Gurukinayan di Gurukinayan.
Sembiring Berahmana di Kabanjahe, Perbesi, dan Limang.
Sembiring Meliala di Sarinembah, Munte Rajaberneh, Kedupen, Kabanjahe, Naman, Berastepu, dan Biaknampe.
Sembiring Pande Bayang di Buluh Naman dan Gurusinga.
Sembiring Tekang di Kaban.
Sembiring Muham di Susuk dan Perbesi.
Sembiring Depari di Seberaya, Perbesi, dan Munte.
Sembiring Pelawi di Ajijahe, Perbaji, Kandibata, dan Hamparan Perak (Deli).
Sembiring Busuk di Kidupen dan Lau Perimbon.
Sembiring Sinukapar di Pertumbuken, Sidikalang(?) Sarintono.
Sembiring Keling di Juhar dan Rajatengah.
Sembiring Bunuh Aji di Sukatepu, Kutatonggal, dan Beganding

E. Merga Peranginangin dan cabang-cabangnya
Peranginangin Namohaji di Kutabuluh.
Peranginangin Sukatendel di Sukatendel.
Peranginangin Mano di Pergendangen.
Peranginangin Sebayang di Perbesi, Kuala, gunung dan Kuta Gerat.
Peranginangin Pencawan di Perbesi.
Peranginangin Sinurat di Kerenda.
Peranginangin Perbesi di Seberaya.
Peranginangin Ulunjandi di Juhar.
Peranginangin Penggarus di Susuk.
Peranginangin Pinem di Serintono (Sidikalang).
Peranginangin Uwir di Singgamanik.
Peranginangin Laksa di Juhar.
Peranginangin Limbeng di Kuta Jurung, Biru-Biru, Deli Serdang.
Peranginangin Singarimbun di Mardinding , Kutambaru dan Temburun.
Peranginangin Keliat di Mardinding.
Peranginangin Kacinambun di Kacinambun.
Peranginangin Bangun di Batukarang.
Peranginangin Tanjung di Penampen dan Berastepu.
Peranginangin Benjerang di Batukarang

Sebagian dari marga Peranginangin dan Sembiring dapat kawin sesamanya (antar cabang merga).

Ada pula merga yang melakukan Sejandi yaitu perjanjian tidak saling mengambil atau tidak mengadakan perkawinan antar merga bersangkutan, misalnya : antara Sembiring Tekang dengan Karokaro Sinulingga dan antara Karokaro Sitepu dengan Peranginangin Sebayang.

Senin, 15 Juli 2013

SEJARAH, BUDAYA DAN CIRI KHAS ORANG KARO


1. SEJARAH DAN BUDAYA SUKU KARO

  Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi daerah Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.seperti yang terlihat di bawah ini :